Senin, 15 Juni 2009

bama Menyerang Negeri-Negeri Kaum Muslim, Mulai Dari Rezim Turki Hingga Rezim Mesir, Melewati Rezim Pemerintahan Saudi

Al islam, Setelah kunjungannya ke Istanbul (Turki), Obama mengarahkan tagetnya ke wilayah Kinanah (Mesir) melewati Jazirah Arab. Pada hari Kamis pagi (4/6/2009) Obama disambut oleh penguasa Mesir seperti seorang pahlawan yang baru pulang dari medan tempur dengan membawa kemenangan! Sebelum kedatangannya, sudah tampak penjagaan sangat ketat. Pasukan keamanan tersebar di mana-mana. Berbagai bunga dan hiasan ucapan selamat berjajar menyambut Presiden Amerika itu. Padahal dia adalah pemimpin kekufuran, yang hingga kini masih terus menumpahkan darah umat Islam di Afganistan, Pakistan dan Irak.

Penguasa Mesir menyambut Obama dari pintu Istana Kubah dengan penuh kehangatan dan penghormatan. Dari sana Obama pergi menuju Universitas Kairo untuk menempati mimbar kehormatan yang telah disiapkan dan menyampaikan pidato kepada kaum Muslim.

Inti pidato yang disampikan Obama tidak berbeda dengan kebijakan umum para mantan presiden Amerika sebelumnya. Mulai dari awal hingga akhir, isi pidato Obama tidak keluar dari upaya Amerika untuk mewujudkan kepentingannya sendiri. Amerika mencoba meyakinkan kaum Muslim bahwa perang yang dilancarkan Amerika terhadap negeri-negeri kaum Muslim adalah benar. Dengan tipudaya yang begitu sempurna, Obama berusaha memunculkan kesan bahwa Amerika sedang berupaya membangun hubungan yang bersifat umum (dengan Dunia Islam).

Namun, terkait dengan isu-isu yang kasatmata, isi pidato Obama begitu tajam, pedas, jelas dan tanpa basa-basi, yang menunjukkan permusuhannya yang nyata terhadap kaum Muslim. Allah SWT berfirman:

قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ

Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi (QS Ali Imran [3]: 118).

Sejak awal Obama telah melontarkan berbagai ancaman terhadap mereka yang disebut dengan ekstremis-teroris di Afganistan dan Pakistan. Bahkan ia mendorong berbagai negara untuk berperang di pihak Amerika. Dengan bangganya Obama mengatakan bahwa dirinya telah mengumpulkan 46 negara untuk membantunya berperang di Afganistan.

Obama bahkan telah membombardir Pakistan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, dia tidak merasa bersalah sedikitpun meski yang dia bunuh adalah kaum perempuan, anak-anak dan orang tua.

Walhasil, mereka itulah para ekstremis yang sesungguhnya. Pasalnya, berbagai kejahatan telah dilakukan Amerika. Amerika juga terus melakukan aksi pembunuhannya secara brutal di Afganistan, Pakistan dan Irak. Namun, Obama terus saja mengatakan bahwa Amerika tidak ingin memerangi Islam dan kaum Muslim, seperti yang telah ia katakan di Turki.

Kemudian, ketika Obama beralih pada isu Palestina dalam pidatonya itu, ia dengan jelas menyatakan bagaimana kuatnya hubungan Amerika dengan negara Yahudi yang telah merampas Palestina. Dalam pandangan Obama, negara Yahudi harus tetap dengan apa yang telah dirampasnya. Kemudian, ia menekankan solusi dua negara, yaitu pengakuan akan hak bangsa Yahudi atas sebagian besar wilayah Palestina, sementara sisanya yang tinggal sedikit, disebut dengan negara bagi warga Palestina.

Selanjutnya, dengan polosnya, Obama ingin menghentikan pembangunan—bukan menghapus—permukiman Yahudi. Itu pun dengan syarat, Palestina harus menghentikan setiap bentuk perlawanan dan permusuhannya terhadap Yahudi.

Pidato Obama lalu memasuki isu senjata nuklir. Dalam hal ini, ia fokus pada Iran. Ia menginginkan wilayah Timur Tengah bersih dan bebas dari senjata nuklir. Anehnya, ia sama sekali tidak menyebutkan institusi Yahudi meski hanya satu kata. Padahal semua tahu bahwa institusi Yahudi adalah negara nuklir!

Dengan demikian, jelas hakikat kedatangan Obama adalah untuk menyerang kaum Muslim melalui tipudaya, kelicikan dan kata-kata manis. Di sisi lain, penguasa Mesir telah menyiapkan suatu mekanisme untuk memobilisasi orang-orangnya agar bersorak-sorai dan memberikan sambutan hangat atas tindakan jorok, keji dan beracun yang dilakukan Amerika ini.

Sesungguhnya sorak-sorai dan sambutan hangat yang palsu ini terlihat jelas sekali bagi siapapun yang kedua matanya sehat. Jika tidak, bagaimana mungkin ia memberikan sambutan hangat atas pidato Obama tentang solusi dua negara? Pantaskah seorang Muslim rela, apalagi bersorak-sorai dan menyambut hangat keinginan Amerika untuk membagi-bagi tanah Palestina yang penuh berkah—tanah tempat Isra’ dan Mikraj-nya Nabi saw.—antara pemilik yang sah (kaum Muslim) dan orang yang telah merampasnya (Yahudi)?

Bagaimana mungkin seorang Muslim bersorak-sorai memberikan sambutan hangat, padahal Obama telah sengaja menyimpangkan makna firman Allah SWT ketika ia menyitir firman-Nya:

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena ia membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya (QS al-Maidah [5]: 32).

Ayat ini oleh Obama ditujukan kepada mereka yang disebut dengan ‘ekstremis’ Muslim. Padahal ayat ini merupakan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Bani Israel. Dengan mengutip ayat ini, Obama menganggap seorang Muslim yang membela agamanya dan keluarganya serta memerangi orang-orang yang menyerangnya sebagai orang yang telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, apa yang dilakukan oleh institusi Yahudi yang telah membunuh warga Palestina, merampas tanahnya, mengusir dari rumah-rumahnya, merampas kehormatan dan kesuciannya serta melakukan kerusakan demi kerusakan, semua itu di mata Obama bukan pembunuhan atas semua manusia.

Di mata Obama, pembantaian yang dilakukan Amerika terhadap kaum Muslim, juga bukan pembunuhan atas semua orang. Allah SWT berfirman:

كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلا كَذِبًا

Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta (QS al-Kahfi [18]: 5).

Bagaimana mungkin pula seorang Muslim bersorak-sorai memberikan sambutan hangat kepada Obama, yang dengan seenaknya mengumumkan bahwa Al-Quds (Yerusalem) dikuasai bersama oleh bangsa Yahudi, orang-orang Kristen dan kaum Muslim? Padahal jelas Khalifah Umar melalui Perjanjian Umariyah dulu telah menetapkan bahwa tidak seorang Yahudi pun boleh tinggal di dalamnya.

Sungguh, sorak-sorai dan sambutan hangat itu terlihat jelas sekali dustanya. Penguasa boneka yang telah disiapkan Obama ternyata tidak mampu menyembunyikan semua kedustaan ini meskipun mereka telah menyiapkan panggung sandiwara untuk Obama agar wajahnya terlihat bagus, toleran dan adil.

Wahai kaum Muslim:

Sesungguhnya Obama mendatangi Anda dengan “pakaian ibadah” sekadar demi memanfaatkan Anda, sementara Anda tidak merasa dimanfaatkan. Karena itu, Obama sesungguhnya lebih berbahaya daripada orang yang secara terang-terangan dan terbuka memusuhi Anda.

Amerika sebetulnya panik dan takut kepada Anda meski Amerika dilengkapi dengan senjata berat dan modern. Jika tidak demikian, tentu Amerika akan menyatakan secara terbuka permusuhannya kepada Anda.

Wahai kaum Muslim:

Obama memilih menyerang negeri-negeri kaum Muslim bukan tanpa pertimbangan. Ia memulai ‘serangannya’ dari Istanbul (Turki), melewati wilayah Jazirah dan berakhir di wilayah Kinanah (Mesir). Istanbul merupakan wilayah kuasaan al-Fatih, ibukota Khilafah yang pernah berdiri kokoh di hadapan dominasi Yahudi atas Palestina. Ia juga menyadari bahwa wilayah Jazirah adalah ibukota Khilafah yang pertama, yang dari Jazirah inilah Umar membebaskan al-Quds (Yerusalem). Ia pun menyadari bahwa wilayah Kinanah (Mesir) adalah pusat kekuasaan Shalahuddin, yang darinya beliau membebaskan al-Quds (Yerusalem) dari kaum salibis.

Obama menyadari semua itu. Karenanya, ia datang ke negeri-negeri tersebut membawa pesan untuk umat Islam, bahwa era kemuliaan kaum Muslim sudah lenyap dan berakhir. Negara dan kekuasaan sekarang ada di tangan Obama dan sekutunya serta di bawah pengaruh Amerika.

Sungguh, kaum kafir penjajah lebih banyak mengetahui pusat-pusat kekuatan umat Islam daripada kaum Muslim sendiri. Mereka mempelajari sejarah dan agama kita, mengerti kantong-kantong kekuatan kita dan memahami karakteristik-karakteristik kebaikan yang diemban umat kita. Jadi, bukan hal yang kebetulan jika Obama menyitir firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal (QS al-Hujurat [49]: 13).

Ia sengaja berhenti sampai pada kalimat di atas. Ia tidak meneruskannya sampai akhir ayat, yaitu:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian (QS al-Hujurat [49]: 13).

Ia tidak menyebutkan bahwa takwalah yang akan menjadikan umat Islam paling mulia dan paling perkasa, dan dengan ketakwaan pula umat Islam akan menjadikan Amerika dan pengikutnya sebagai umat yang paling rendah dan paling hina.

Wahai kaum Muslim:

Sungguh, melalui pidatonya itu, Obama berusaha untuk memperlihatkan bahwa dirinya adalah pemimpin dunia. Untuk itu, dia menyiapkan para penguasa antek di negeri-negeri kaum Muslim, yang kemudian memberi Obama mahkota yang melebihi apa yang dia inginkan. Keadaan Obama dengan para anteknya itu sesungguhnya seperti keadaan Fir’aun dengan kaumnya (Lihat: QS az-Zukhruf [43]: 54).

Namun, andai saja Obama itu cerdas dan pintar, dia seharusnya menyadari bahwa wilayah Istanbul, Jazirah dan Kinanah (Mesir) sesungguhnya tidak pernah menerima apalagi menyambutnya. Mereka yang menyambutnya hanyalah kumpulan para penguasa pengkhianat yang tidak lama lagi akan disingkirkan dari kehidupan kaum Muslim.

Obama juga seharusnya menyadari bahwa permainan kata-kata dalam pidatonya dan tipuan-tipuan pernyataan yang dilontarkan, tidak akan mampu mempengaruhi akal sehat kaum Muslim.

Sungguh, Hizbut Tahrir mengumumkan kepada Obama dan dunia, bahwa Islam memiliki para tokoh dan ksatria yang akan menegakkan Daulah Islam untuk menjadi negara nomor satu di dunia. Daulah Islam akan datang untuk menegakkan keadilan, menghapus kezaliman dan mengembalikan hak-hak kepada yang memang berhak; mengusir Amerika agar kembali ke rumahnya sendiri dalam keadaan hina dan tak berdaya serta menghapus institusi Yahudi yang telah merampas Palestina sehingga semuanya kembali utuh menjadi bagian dari Daulah Islam. Bumi akan kembali bersinar dengan tegaknya Khilafah dan kebaikan akan merata terasa di seluruh penjuru dunia.

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Allah berkuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya (QS Yusuf [12]: 21).